PRINSIP PENDIDIKAN SND

PENGANTAR

Kongregasi Suster-Suster Notre Dame didirikan di Coesfeld, German pada tahun 1850. Pada tahun 1849, dua guru muda, Hilligonde Wolbring dan Elisabeth Kuhling, menjadi pelindung anak-anak yatim piatu dan terlantar dan membawa mereka ke rumah Hiligonde dimana mereka dididik dan dipelihara oleh guru muda itu. Kedua wanita muda itu telah dididik dalam semangat dan tradisi pendidikan Bernard Overberg. 

Hilligonde menjadi Suster Maria Aloysia, dan Elisabeth, Suster Maria Ignatia. Masuknya kedua wanita ini segera diikuti oleh Gertrud Perger, yang kemudian dikenal sebagai Suster Maria Bernarda. Ia menjadi penggerak dalam menanamkan prinsip-prinsip pendidikan di dalam hati para suster dan staf awam, baik di German maupun di Amerika Serikat. 

Pada masa kini Suster-Suster Notre Dame, keluarga religius wanita yang bersemangat Maria, melayani Gereja di seluruh dunia dalam bidang pendidikan dan karya-karya lain. Bersama dengan rekan-rekan kerja awam, mereka tetap menjadi pembawa harapan dan sukacita, memberikan kesaksian akan kebaikan Tuhan dan Penyelenggaraan Ilahi-Nya. 


DASAR KONSTITUSI : 

Dari awal mula kongregasi kita, Pendidikan Kristiani dalam berbagai bentuknya telah menjadi kegiatan kita yang utama. Para Suster yang diberi kepercayaan mengemban tugas karya ini membaktikan diri dalam pendidikan manusia seutuhnya bagi pribadi-pribadi yang mereka layani. Mereka memadukan nilai-nilai Kristiani dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk membina sesama agar mereka mampu memberi pengaruh pada perubahan masyarakat Kristiani. Kesadaran akan kenyataan-kenyataan dunia, rasa keadilan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sangat penting bagi karya pendidikan kita. (Suster-suster Notre Dame, Direktorium Konstitusi 66.1) 

VISI PENDIDIKAN SUSTER - SUSTER NOTRE DAME 


Terdorong oleh Yesus Kristus dan misi-Nya serta warisan pendidikan kita yang kaya, kita memberikan suatu lingkungan keunggulan pendidikan Kristen-Katolik demi transformasi pribadi dan masyarakat. 

Kita membentuk pribadi-pribadi yang terampil dan berkomitmen untuk bersama-sama mengadakan perjalanan di dalam harapan sebagai saksi-saksi dan katalisator yang bertanggungjawab memelihara segala ciptaan Allah dan demi keadilan dan damai, terutama bagi mereka yang tersingkirkan dari masyarakat. 


PRINSIP PENDIDIKAN NOTRE DAME : 

PRINSIP SATU  : BERPUSAT KEPADA ALLAH YANG MAHABAIK DAN PENYELENGGARA 
PRINSIP DUA  : MARTABAT MANUSIAWI SETIAP PRIBADI SEBAGAI CITRA ALLAH 
PRINSIP TIGA : PENDIDIK NOTRE DAME SEBAGAI SAKSI KABAR GEMBIRA 
PRINSIP EMPAT : PENDIDIKAN TERPADU UNTUK TRANSFORMASI 

KUTIPAN BIBLIS DAN PENDAHULU YANG MENJADI PEGANGAN DALAM PRINSIP PENDIDIKAN SND : 

.....Dunia ini hidup melalui pengalaman bertambahnya penderitaan moral dan material yang merongrong martabat manusia dan secara diam-diam memerlukan pribadi-pribadi yang dengan kuat memaklumkan pesan perdamaian dan harapan, pribadi-pribadi yang membawa keselamatan Kristus (Bertolak segar dalam Kristus, 2002, #16) 

Sejauh ini Tuhan yang maha baik telah memelihara dan pasti akan tetap memelihara. Semakin miskin dan semakin terlantar anak-anak itu, semakin kami dengan penuh kasih menerima mereka. (Suster Maria Aloysia, SND, Suraat Vi, 25 October, 1886) 

Sikap seorang guru hendaknya lemah lembut, namun tegas; 
sederhana, namun bermartabat; ramah tetapi tahu batas; 
hendaknya ia memperlakukan murid-muridnya dengan hormat, 
menganggap mereka sebagai kekasih-kekasih Tuhan dan lebih baik 
mendidik mereka dengan kasih daripada dengan kekerasan. 
(Peraturan-peraturan Sekolah yang disahkan oleh 
Ibu Maria Chrysostoma, 1893)


Saya adalah seorang GURU - Ini berarti bahwa profesi saya paling tinggi dan paling penting dari segala profesi. Profesi mana yang dapat dikatakan lebih besar dan lebih suci daripada menjadi seorang guru kebenaran dan keutamaan bagi sekian banyak anak, menjadi wakit dari begitu banyak orangtua, seorang bapa/ibu rohani bagi begitu banyak murid......menjadi malaekat pelindung Allah yang kelihatan, seorang penjaga Yesus......(Bernard Overberg, Well - directed Principles and Directives for Teachers Instructing School Children, Munster 1797)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar